Kata suku Maya hari ini kiamat, kata gue hari ini adalah hari berbahagia karena sahabat gue yang unyu-unyu, cantik, dewasa dan baik hati ulang tahun.
Jreng!! jreng!!
Perkenalkan, namanya Tiara a.k.a Tia a.k.a Nana a.k.a Tiarap! Dia adalah sahabat gue, saudara gue, partner in crime gue. Awal kenalan sama dia? Aha! waktu gue pertama kali menjadi siswa baru di SD 02, Masohi. Dia dari jauh terlihat gendut, bermata sipit, berkulit putih dengan rambut sebahu, dia mirip teman se-genk gue di sekolah yang dulu, Grace. Dari dekat? ternyata berbeda saudara-saudara dia ga gendut tapi sedikit kurus dari gendut maksudnya tetap gendut tapi ga gendut-gendut banget. Orang pertama yang dekatin gue di kelas, orang pertama yang menawarkan diri ajarin gue matematika karena gue sempat ketinggalan setengah semester gara-gara jalan-jalan di Semarang, orang pertama yang bela-belain kasih modulnya buat gue pinjem. Ga ga ga, dia bukan anak yang di bully-bully di sekolah, anak kutu buku, anak terpinggirkan dan sekitarnya tapi dia anak yang cukup terkenal disekolah dan dia baik hati, gue rasa gara-gara itu dia mau temenan sama gue yang pendiam, masa bodo dan kuper. Kami lulus dari SD yang sama dengan nilai yang ga jauh berbeda, les di tempat yang sama dan sering bolos bersama gara-gara lebih tertarik melihat PS, menggunakan bahasa tangan untuk mengatakan sesuatu yang tidak ingin diketahui, hobby makan manisan mangga, mendaftar di SMP yang sama dan dari sini lah perjalanan persahabatan kami diuji #ashek.
Ketenarannya di SD ternyata terdengar di SMP paporit yang gue dan dia masuk, makanya selama yang namanya MOS, dia dikerjain, dilirik kakak kelas, disiut-siutin dan sebagainya yang bikin dia di hari terakhir ambruk. Gue sempat kehilangan anak itu beberapa kali disekolah soalnya dia sering diculik dan dibawa sana-sini. Gue sih ga takut dia kenapa-napa soalnya ada cicinya yang udah kelas 3 dan gue tahu sayang sama dia jadi cicinya ga akan biarin orang-orang ngerjain dia melampaui batas cuma shock aja waktu hari terakhir gue liat dia keluar dengan tampang pucat dan minta tlp supirnya. :o
Soal supir, gue orang yang sering disuruh jalan kaki sama bokap, kalo ga naik becak, ga ada yang namanya dianterin supir, Puji Tuhan sahabat gue yang satu ini kalo ga telat sering jemput gue dulu, kalo ga ama papanya yah sama supirnya, begitupun pas pulang pasti di jemput walopun sekolah kami ama rumah kami jalan kaki cetak cetek nyampe #ngerti ga? maksudnya deket. =.="
Karena itulah gue deket sama keluarganya sampe pembantu-pembantunya. Bokap kami juga temenan, bahkan saat gue butuh surat-surat dari SMP waktu udah SMA dan pindah di Jakarta, bokapnya dia yang urusin.
Puji Tuhan, waktu dipanggil namanya yang masuk kelas 7-1, gue sekelas ama dia, awalnya duduk bareng terus dipisah gue ujung dia ujung eh ga lama dipisah gue ama dia kursinya dipisahkan meja. Rekan-rekan sebangku kami mudah disogok jadinya suka-suka kami kalo mau pindah-pindah tempat duduk. Disogok disini pake pukulan maut dan tendangan mematikan, makanya mana ada yang berani, wakakakak, ini ga becanda, serius tahu, tanya aja Si Jemmy Ayam dan Ferdinan Si Kurang Tahu. Di SMP ini juga gue mengenal yang namanya O****, orang yang selama ini sering diceritain kawan gue yang super ini. Menurut gue mereka cocok dan sepertinya saling suka tapi si Tia bilang ga. Eh, si O dan bintang-bintangnya itu nembak gue, karena Tia ga mau yaudah gue lagian waktu itu gue juga tahu dia lagi melirik seseorang, cowok yang menurut gue cool sayang lebih pendek dari kami berdua, hahahahhahaha. #maap
Tapi, ga bisa di sangkal gue sadar sahabat gue masih menyimpan rasa, dan akhirnya gue minta putus setelah ada keterbukaan dari sahabat gue tercinta ini, ga dia bukan bilang dia suka sama O dan bintang-bintangnya itu, dia cuma bilang si O dan bintang-bintangnya deketin dia selama gue di luar kota. Well, gue ga marah, gue sayang sama sahabat gue yang satu ini daripada sama cowok yang lebih senang gue nyuruh dia ngerjain tugas fisika gue. hahahahaha #lagilagimaap
And finaly, setelah perjuangan gue meyakinkan cinta sahabat gue akhirnya mereka jadian dengan satu permintaan gue ke tuh cowok buat ga bikin sahabat gue ini nangis, kalo sampe itu cowok yang gue bikin nangis #buset dah
Beredarlah kabar-kabar burung diudara kalo gue sama Tia udah berantem, ga temenan lagi dan bla bla bla dan gue yakin, gue kehasut sama godaan iblis buat berantem sama sahabat gue ini untuk hal-hal sepele dan ga penting. Gue ngerasa kelas 8 adalah masa-masa suram persahabatan kami, masa dimana kami semakin jauh dipisahkan, kami punya genk yang berbeda, kami nongkrong di tempat yang berbeda dan punya sudut pandang yang berbeda. Bukan gara-gara cowok gue rasa tapi gara-gara pandangan orang dan hasutan iblis di otak kami. Kelas 8 adalah masa suram dan kelam dalam persahabatan ini saudara-saudara.
Kami sama-sama keluar dari masa-masa suram saat akan masuk kelas 9, saat-saat dimana semua anak kelas 8-1 harus berhadapan dengan juara-juara dari kelas-kelas lain memperebutkan 20 kursi di kelas 9-1, kelas terpaporit saat itu, ada tes masuknya malah, ckckckckck. Puji Tuhan gue berhasil masuk bersama 19 orang teman gue lainnya termasuk di dalam nya konco gue ini. Masa-masa inilah gue melihat seorang Tia yang semakin dewasa, semakin diam dan memikirkan banyak hal, gue benar-benar inspiring sama dia dan dia masih sama kaya dulu yang suka motong kuku gue, gue kaya anak kecil dibanding dia yang dewasa banget. Gue tahu dia mulai berubah saat putus dengan cowok itu dan gue ga menepati janji gue untuk bikin cowok itu nangis, mungkin dulu sahabat gue ini nangis tanpa gue tahu karena keegoisan gue. Saat dimana rok ini akan berganti warna, dan gue akan meninggalkan sekolah yang udah bikin gue sibuk dengan berbagai ekskul, sekolah yang bikin gue nyaman dan membuat gue bangga. Gue lupa, gue ikut MIPA dari kelas 7, awalnya gue terpilih sebagai siswa MIPA Matematika dan Tia dari MIPA Biologi, kami lalu tukeran berdua karena cicinya ada di MIPA Matematika dan ada sodara gue yang di Biologi. Tapi, pas kelas 8, Tia pindah ikut gue ke MIPA Biologi, kami ditaruh dikelompok berbeda dan sering debat argumen seingat gue. Gue dan dia juga masuk di club Bahasa Inggris, Computer, ikut KTIR (Karya Tulis Ilmiah Remaja), Marching Band (sama-sama jadi mayoret). Sama-sama jadi pelatih mayoret pas kelas 3, sama-sama di OSIS dari kelas 7 (Dia bendahara 2 - gue Sie 9. Sie Usaha Dana) sampe kelas 8 (Dia wakil KetOs - gue Bendahara 1). Yah, perjalanan yang cukup panjang, jatuh bangun rasanya. Sebenarnya setiap kali gue ngeliat dia pengen rasanya datengin dia dan peluk sekencang-kencangnya, dia sahabat gue dan kami ga ngomong brooo. :'(
Kami sempat bikin persekutuan kecil-kecilan, kami doa dan baca alkitab, sharing apa yang didapat, dan gue menikmati hal itu tapi itu pas kelas 7, kelas 8 gue udah ga ikutan bahkan jarang main ke rumahnya. :(
Gue bersyukur di akhir dari perjalanan rok biru kami, kami berdua sama-sama berdiri di ujung sekolah, sama-sama memikirkan hal yang sama untuk hari besok, apakah kami bakal lulus? Dan gue masih inget ada 1 kartu yang kebalik di dekat kaki gue, dan gue bilang ke dia, kalo sampe kartu ini angka nya 7, gue yakin kita berdua lulus, dan dia ketawa, gue juga sih. Hahahaha, percaya banget sama kartu. Dan well, benar kartu itu 7 hati, lalalalala, gue emang jago. Besokkannya diumumin 10 besar juara umum UAN, dan gue kalo ga salah juara 4, konco gue juara 7. Dan dia di sana tersenyum bangga buat gue dan gue bangga punya dia.
Jatuh bangun kami di SMP membuat kami belajar bagaimana bangkit dan kembali menjadi sahabat selama SMA, walaupun kami dipisahkan kelas bahkan sekolah bahkan kota kami masih sering tlp atau sekedar sms, memang jarang sih tapi gue selalu bangga dengan dia. Gue bahkan datang ke ulang tahunnya yang ke 17 dan kabur dari natal sekolah, gue bela-belain naik kapal express ke Masohi, nginep sehari, dan balik ke Ambon masih dengan kapal express tapi harus berdiri hampir 2 jam lebih di ombang-ambingkan lautan. Kenapa? karena gue sayang sama sahabat gue ini. Gue bangga mengenal calon dokter yang ikut menangis saat gue menangis, bangga dengan setiap hal baik yang bisa gue lakukan, tertawa dengan semua candaan gue, ada di saat gue butuhkan, bahkan masih mendoakan gue. I'm proud of you, Tia.
Dan gue kangen sama lo, pake banget.
Gue berharap setelah sms mamanya yang ngasih info anak bungsunya bakal datang tanggal 23, kami bisa ketemu, gue pengen cerita banyak hal dan habisin waktu yang banyak bareng sahabat gue ini.
Selamat ulang tahun bu dokter, lo selalu ada dalam doa-doa pribadi gue dan ga bakal gue lupain dan akan selalu jadi best friend gue, partner in crime gue, saudara gue. Semakin dewasa dan semakin bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus.
See you :)
Jreng!! jreng!!
Perkenalkan, namanya Tiara a.k.a Tia a.k.a Nana a.k.a Tiarap! Dia adalah sahabat gue, saudara gue, partner in crime gue. Awal kenalan sama dia? Aha! waktu gue pertama kali menjadi siswa baru di SD 02, Masohi. Dia dari jauh terlihat gendut, bermata sipit, berkulit putih dengan rambut sebahu, dia mirip teman se-genk gue di sekolah yang dulu, Grace. Dari dekat? ternyata berbeda saudara-saudara dia ga gendut tapi sedikit kurus dari gendut maksudnya tetap gendut tapi ga gendut-gendut banget. Orang pertama yang dekatin gue di kelas, orang pertama yang menawarkan diri ajarin gue matematika karena gue sempat ketinggalan setengah semester gara-gara jalan-jalan di Semarang, orang pertama yang bela-belain kasih modulnya buat gue pinjem. Ga ga ga, dia bukan anak yang di bully-bully di sekolah, anak kutu buku, anak terpinggirkan dan sekitarnya tapi dia anak yang cukup terkenal disekolah dan dia baik hati, gue rasa gara-gara itu dia mau temenan sama gue yang pendiam, masa bodo dan kuper. Kami lulus dari SD yang sama dengan nilai yang ga jauh berbeda, les di tempat yang sama dan sering bolos bersama gara-gara lebih tertarik melihat PS, menggunakan bahasa tangan untuk mengatakan sesuatu yang tidak ingin diketahui, hobby makan manisan mangga, mendaftar di SMP yang sama dan dari sini lah perjalanan persahabatan kami diuji #ashek.
Ketenarannya di SD ternyata terdengar di SMP paporit yang gue dan dia masuk, makanya selama yang namanya MOS, dia dikerjain, dilirik kakak kelas, disiut-siutin dan sebagainya yang bikin dia di hari terakhir ambruk. Gue sempat kehilangan anak itu beberapa kali disekolah soalnya dia sering diculik dan dibawa sana-sini. Gue sih ga takut dia kenapa-napa soalnya ada cicinya yang udah kelas 3 dan gue tahu sayang sama dia jadi cicinya ga akan biarin orang-orang ngerjain dia melampaui batas cuma shock aja waktu hari terakhir gue liat dia keluar dengan tampang pucat dan minta tlp supirnya. :o
Soal supir, gue orang yang sering disuruh jalan kaki sama bokap, kalo ga naik becak, ga ada yang namanya dianterin supir, Puji Tuhan sahabat gue yang satu ini kalo ga telat sering jemput gue dulu, kalo ga ama papanya yah sama supirnya, begitupun pas pulang pasti di jemput walopun sekolah kami ama rumah kami jalan kaki cetak cetek nyampe #ngerti ga? maksudnya deket. =.="
Karena itulah gue deket sama keluarganya sampe pembantu-pembantunya. Bokap kami juga temenan, bahkan saat gue butuh surat-surat dari SMP waktu udah SMA dan pindah di Jakarta, bokapnya dia yang urusin.
Puji Tuhan, waktu dipanggil namanya yang masuk kelas 7-1, gue sekelas ama dia, awalnya duduk bareng terus dipisah gue ujung dia ujung eh ga lama dipisah gue ama dia kursinya dipisahkan meja. Rekan-rekan sebangku kami mudah disogok jadinya suka-suka kami kalo mau pindah-pindah tempat duduk. Disogok disini pake pukulan maut dan tendangan mematikan, makanya mana ada yang berani, wakakakak, ini ga becanda, serius tahu, tanya aja Si Jemmy Ayam dan Ferdinan Si Kurang Tahu. Di SMP ini juga gue mengenal yang namanya O****, orang yang selama ini sering diceritain kawan gue yang super ini. Menurut gue mereka cocok dan sepertinya saling suka tapi si Tia bilang ga. Eh, si O dan bintang-bintangnya itu nembak gue, karena Tia ga mau yaudah gue lagian waktu itu gue juga tahu dia lagi melirik seseorang, cowok yang menurut gue cool sayang lebih pendek dari kami berdua, hahahahhahaha. #maap
Tapi, ga bisa di sangkal gue sadar sahabat gue masih menyimpan rasa, dan akhirnya gue minta putus setelah ada keterbukaan dari sahabat gue tercinta ini, ga dia bukan bilang dia suka sama O dan bintang-bintangnya itu, dia cuma bilang si O dan bintang-bintangnya deketin dia selama gue di luar kota. Well, gue ga marah, gue sayang sama sahabat gue yang satu ini daripada sama cowok yang lebih senang gue nyuruh dia ngerjain tugas fisika gue. hahahahaha #lagilagimaap
And finaly, setelah perjuangan gue meyakinkan cinta sahabat gue akhirnya mereka jadian dengan satu permintaan gue ke tuh cowok buat ga bikin sahabat gue ini nangis, kalo sampe itu cowok yang gue bikin nangis #buset dah
Beredarlah kabar-kabar burung diudara kalo gue sama Tia udah berantem, ga temenan lagi dan bla bla bla dan gue yakin, gue kehasut sama godaan iblis buat berantem sama sahabat gue ini untuk hal-hal sepele dan ga penting. Gue ngerasa kelas 8 adalah masa-masa suram persahabatan kami, masa dimana kami semakin jauh dipisahkan, kami punya genk yang berbeda, kami nongkrong di tempat yang berbeda dan punya sudut pandang yang berbeda. Bukan gara-gara cowok gue rasa tapi gara-gara pandangan orang dan hasutan iblis di otak kami. Kelas 8 adalah masa suram dan kelam dalam persahabatan ini saudara-saudara.
Kami sama-sama keluar dari masa-masa suram saat akan masuk kelas 9, saat-saat dimana semua anak kelas 8-1 harus berhadapan dengan juara-juara dari kelas-kelas lain memperebutkan 20 kursi di kelas 9-1, kelas terpaporit saat itu, ada tes masuknya malah, ckckckckck. Puji Tuhan gue berhasil masuk bersama 19 orang teman gue lainnya termasuk di dalam nya konco gue ini. Masa-masa inilah gue melihat seorang Tia yang semakin dewasa, semakin diam dan memikirkan banyak hal, gue benar-benar inspiring sama dia dan dia masih sama kaya dulu yang suka motong kuku gue, gue kaya anak kecil dibanding dia yang dewasa banget. Gue tahu dia mulai berubah saat putus dengan cowok itu dan gue ga menepati janji gue untuk bikin cowok itu nangis, mungkin dulu sahabat gue ini nangis tanpa gue tahu karena keegoisan gue. Saat dimana rok ini akan berganti warna, dan gue akan meninggalkan sekolah yang udah bikin gue sibuk dengan berbagai ekskul, sekolah yang bikin gue nyaman dan membuat gue bangga. Gue lupa, gue ikut MIPA dari kelas 7, awalnya gue terpilih sebagai siswa MIPA Matematika dan Tia dari MIPA Biologi, kami lalu tukeran berdua karena cicinya ada di MIPA Matematika dan ada sodara gue yang di Biologi. Tapi, pas kelas 8, Tia pindah ikut gue ke MIPA Biologi, kami ditaruh dikelompok berbeda dan sering debat argumen seingat gue. Gue dan dia juga masuk di club Bahasa Inggris, Computer, ikut KTIR (Karya Tulis Ilmiah Remaja), Marching Band (sama-sama jadi mayoret). Sama-sama jadi pelatih mayoret pas kelas 3, sama-sama di OSIS dari kelas 7 (Dia bendahara 2 - gue Sie 9. Sie Usaha Dana) sampe kelas 8 (Dia wakil KetOs - gue Bendahara 1). Yah, perjalanan yang cukup panjang, jatuh bangun rasanya. Sebenarnya setiap kali gue ngeliat dia pengen rasanya datengin dia dan peluk sekencang-kencangnya, dia sahabat gue dan kami ga ngomong brooo. :'(
Kami sempat bikin persekutuan kecil-kecilan, kami doa dan baca alkitab, sharing apa yang didapat, dan gue menikmati hal itu tapi itu pas kelas 7, kelas 8 gue udah ga ikutan bahkan jarang main ke rumahnya. :(
Gue bersyukur di akhir dari perjalanan rok biru kami, kami berdua sama-sama berdiri di ujung sekolah, sama-sama memikirkan hal yang sama untuk hari besok, apakah kami bakal lulus? Dan gue masih inget ada 1 kartu yang kebalik di dekat kaki gue, dan gue bilang ke dia, kalo sampe kartu ini angka nya 7, gue yakin kita berdua lulus, dan dia ketawa, gue juga sih. Hahahaha, percaya banget sama kartu. Dan well, benar kartu itu 7 hati, lalalalala, gue emang jago. Besokkannya diumumin 10 besar juara umum UAN, dan gue kalo ga salah juara 4, konco gue juara 7. Dan dia di sana tersenyum bangga buat gue dan gue bangga punya dia.
Jatuh bangun kami di SMP membuat kami belajar bagaimana bangkit dan kembali menjadi sahabat selama SMA, walaupun kami dipisahkan kelas bahkan sekolah bahkan kota kami masih sering tlp atau sekedar sms, memang jarang sih tapi gue selalu bangga dengan dia. Gue bahkan datang ke ulang tahunnya yang ke 17 dan kabur dari natal sekolah, gue bela-belain naik kapal express ke Masohi, nginep sehari, dan balik ke Ambon masih dengan kapal express tapi harus berdiri hampir 2 jam lebih di ombang-ambingkan lautan. Kenapa? karena gue sayang sama sahabat gue ini. Gue bangga mengenal calon dokter yang ikut menangis saat gue menangis, bangga dengan setiap hal baik yang bisa gue lakukan, tertawa dengan semua candaan gue, ada di saat gue butuhkan, bahkan masih mendoakan gue. I'm proud of you, Tia.
Dan gue kangen sama lo, pake banget.
Gue berharap setelah sms mamanya yang ngasih info anak bungsunya bakal datang tanggal 23, kami bisa ketemu, gue pengen cerita banyak hal dan habisin waktu yang banyak bareng sahabat gue ini.
Selamat ulang tahun bu dokter, lo selalu ada dalam doa-doa pribadi gue dan ga bakal gue lupain dan akan selalu jadi best friend gue, partner in crime gue, saudara gue. Semakin dewasa dan semakin bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus.
See you :)