FERNWEH

Kami bertemu dengan beliau yang sebenarnya sedang asik bercengkrama dengan teman-temannya di emperan toko. Foto bapak ini jadi foto yang bisa dibilang paling banyak diambil oleh anak-anak Baronda Ambon. Kebetulan, gue dapetnya pas bapaknya lagi nengok ke arah gue, sedangkan Dave (salah satu anak Baronda Ambon) dapetnya dari sisi samping si bapak.

Sejujurnya, gue ga ada maksud untuk motoin mereka. Bahkan pada saat ingin memosting gambar ini, gue baru sadar kalo Bapak-bapak tentara melambai ke arah gue. Semangat pak! Oh iya, daerah Pasar Mardika ini sendiri berdekatan dengan perumahan tentara, maka tidak heran kalau mobil tentara berlalu-lalang di jalanan pasar ini.

Nah ini salah satu jalan menuju perumahan tentara di kawasan Mardika. Tampak seorang Bapak yang sedang asik menenguk segelas minuman di tengah teriknya panas sore itu.

Durian is in the house broooo!!! Beberapa pedagang buah durian berjejer di jalanan pasar Mardika ini. Mulai dari dijajakan di tanah seperti ini, membuka lapak dari kayu sampai berjualan di atas mobil.

Pemandangan sehari-hari di pelabuhan speed boat Mardika. Speed boat ini biasanya menuju..... (maaf gue lupa nama tempatnya) yang juga masih berada di Pulau Ambon. Jadi, sebenarnya penumpang ini bisa menggunakan mobil untuk mencapai daerah seberang lautan sana, namun untuk meminimalisir waktu, maka warga menggunakan speed boat.

Salah satu pemandangan yang sering buat gue senyam-senyum kalo ke pasar di Ambon adalah atribut dari oma-oma yang ke pasar. Gue senang banget liat oma-oma ini menggunakan baju ini, atasan kaeng kabaya dan rambut di sanggul. Maluku sekaliiiiii

Le' me' introuce, des' es' IKAN ASAR broooo Ikan Asar adalah ikan asar.... yak jadi ikan asar adalah ikan .... yang dibakar dengan menggunakan daun pisang. Ikan ini biasanya menjadi pendamping setia colo-colo. Dan menjadi tambahan pada olahan sayur-mayur, tergantung selera. Kadang ikan ini dimakan seperti ini, kadang di suir, kadang di tambahin saos, tergantung selera. Kalau berkunjung ke Ambon harus dan kudu makan ikan asin.

Sebenarnya gue ngambil foto ini dengan kondisi rada susah karena di belakang gue ada angkot, depan gue ada bapak-bapak berkaos biru, samping kiri ada bapak-bapak berkaos putih dan anak-anak Baronda Ambon entah udah pada mencar-mencar kemana.

Nah! Ikan di sini bisa dibilang sangat segar karena lokasi pasarnya tepat di pinggir pantai sehingga memudahkan distribusi ikan segar ke penjual. Harganya juga cukup terjangkau.

Tanta jual mangga pake kaeng kabaya.... Sebenarnya tante ini rada malu-malu waktu di foto.

Naaaaaah yang terakhir foto di jembatan pasar Mardika. Kami sudah cukup lelah berjalan di pasar jadinya duduk beristirahat di jembatan Mardika sambil menikmati sunset

*Ini postingan random dari orang yang sangat suka hal yang random dan otaknya juga rada random.

Kemaren gue ga ada kerjaan banget (namanya juga pengangguran bro-sis), terus ngebuka file foto yang udah lama terus ngegambar deh. Awalnya cuma ngegambar 2 yang di ujung kiri dan kanan, eh terus mikir, kayanya seru kalo ngegambar dari gue kecil ampe gede, selain karena bentuk rambut yang lucu-lucu, cerita dibalik setiap foto juga lucu-lucu. Jadi, intinya cuma buat lucu-lucuan.
Oke, gue akan membedah satu per satu foto yang ada. Dimulai dari.....
besok...
ga ding...
sekarang cuy.

Foto tahun 2002. Yeaaaaay!!!
Lihat kan gue udah ga ber-poni lagi. Gue kayanya udah capek menghadang angin meniup poni gue.
Sebenarnya fotonya lebih miris daripada gambar gue. Sungguh!!!
Muka gue ga enak banget disini.
Fashion gue....
sudahlah....
hahahahha ancur lah.
Gue masih ingat, ini waktu kami di Jogja, baru mau ke Borobudur untuk pertama kalinya dalam hidup gue. Jadi, waktu itu, gue sekeluarga (Gue, Bokap, Nyokap.... udah itu aja) pergi ke Semarang. Kami menghadiri acara lamarannya adik bungsu nyokap gue sekaligus adik kesayangannya bokap gue, Om Piet. Dari Semarang, Om Piet ngajak kami ke kota tempat Om Piet Kuliah, Jogja. Yang seru itu dalam perjalanan dari Semarang ke Jogja. Selama perjalanan gue duduk sama Om Piet. Terus gue dijelasin tentang bentuk-bentuk rumah.
"Bentuk kaya gitu namanya minimalis",
"Kalo itu namanya kontemporer",
"Karena disini suhunya begini, jadinya rumah harus dibuat begini".
Itulah penjelasan Om gue yang Arsitek, dan dari situlah gue jadi suka segala yang berbau arsitek dan desain interior. Dan punya mimpi (tetep jadi mimpi) untuk jadi arsitek.
Fotonya di ambil pada saat gue baru selesai menghabiskan roti panggang di kamar hotel dan lagi siap-siap ke Borobudur.




Dua ribuuuuuu lima belasss!!!
Ini foto waktu gue mau bikin portofolio pas Natalan kemaren di rumah. Fotonya di kamar gue, berbekal tripod dan kamera. Sebenarnya gue minta temen dan sepupu gue untuk motoin gue, untuk kepentingan foto muka gue di portof. Sayangnyaaaaaaa.... pas gue udah dandan cantik, udah mikir konsep fotonya mau kaya gimana, udah datang ga telat biar pas momentnya.... eh gue yang disuruh motoin mereka.
Akhirnya moto sendiri di kamar, yang ujung-ujungnya foto ini hanya gue save di eksternal memory.

Sekarang tahun 2016. Belom ada foto. Mungkin ketika gue udah dapet kerjaan baru gue foto. Dalam waktu dekat ini. Amiiiiiiiiiiiin.
Oh iya, kenapa gue ga ngegambar mukanya? karena gue ga gitu PD untuk nunjukkin editan foto yang ada mata, idung, mulutnya dan lebih PD dengan gambar begini. Btw, disini juga nunjukkin perubahan rambut gue. Dari yang lurus banget waktu kecil sampe bergelombang kaya sekarang. Jadi, rambut asli gue itu lurus cuma karena jepit sana-sini, iket sana sini dan ngebentuk rambut sana-sini jadilah bergelombang kaya sekarang. Kalo ada yang bilang rambut gue lurus banget, efek catok mbak-mas.

Oke sekian dan terima kasih!!!