FERNWEH: Juni 2014

, by Unknown

Beta Maluku!

Ihiiiiiiy!!!

Gue lagi berbahagia guys, akhirnya gue nonton nih film juga setelah 2 hari gue atit ati baca status, comment dan foto teman-teman facebook, bbm dan twitter gue yang ngomongin film ini dan gue hanya bisa berkubang di dalam kamar karena gue belum ngerjain SPSS. Setelah kemarin SPSS gue berhasil dan beberapa uji gue berhasil (PUJI TUHAN!!!) akhirnya gue bisa keluar dari goa (baca: kamar) ini juga. Sebenarnya juga gue memaksa diri gue untuk ga keluar tapi apa daya keinginan nonton film ini teramat besar dan well gue juga harus tetap ke gereja kali =.=". Jadi ceritanya tadi gue ke gereja dan emang si Novi udah janji mo traktir gue mamam pas pulang gereja. Setelah melewati ramainya kota Jakarta hari ini, btw sebelum gue lanjut, Happy birthday Jakarta!!! Semoga semakin berkurang kepadatan penduduknya, kurang-kurang macetnya, ga banjir lagi, masyarakatnya bisa saling menghormati dan ga individualistis lagi, pemerintahannya berjalan dengan baik dan ga ada korupsi lagi, semangat Pak Ahok dan setiap staff yang juga turut bekerjasama didalamnya.

Okey lanjut, jadi hari ini Jakarta ulang tahun, hiphip horey! jadi kalo lu naik busway gratis men ga usah bayar, hehehehehhe. Tapi karena gratis yah pasti rame lah, jadilah gue berdiri dari UKI sampe Grogol dan kalo biasanya hari minggu dalam waktu cepat gue bisa nyampe ke Grogol, ini mah kaga. Tadi ada kampanyenya Pak Prabowo dan Pak Hatta. Gue berpikir bagaimana caranya supaya kedepan ga usah ada kampanye lagi soalnya hasil dari kampanye ini adalah macet yang ruar biasa dan sampah, oh come on. Oke gue ga mau bahas politik, tidak-tidak blog gue tidak untuk kampanye salah satu pihak, gue netral disini. Lanjuuuuuuuut setelah makan sama novi kami langsung menuju TPF (Tempat Pemutaran Film).

Bagi yang ga mau baca hal yang ga penting di atas langsung skip ke sini aja, yang ga tau dan akhirnya baca, selamat men! hahahahaha

Seperti yang gue bilang di atas, gue ga akan bahas film ini karena lu harus nonton sendiri dan merasakan sendiri. Yang pasti gue sangat mengapresiasi bagian depan dari film ini. Why? ini bukan di filmnya sih tapi di bagian iklannya, awalnya gue kira itu bukan Ambon. Gila keren banget pemandangannya. Lu tau apa kata Novi pas lihat iklan itu? "Itu belom filmnya sob, itu mah masih iklan", gue percaya-percaya aja terus tiba-tiba ada nama salah satu tempat yang gue suka banget di Ambon langsung dah gue nepok si Novi "Nov, itu Ambon kali", "Keren kan!", "Gila sob lu harus kesana", dan decak kagum gue lainnya yang bikin Novi berhenti sejenak dari aktifitasnya nge-path (baca: ngepet). Gue mengucapkan banyak terima kasih untuk setiap pihak yang telah bekerjasama membuat iklan ini. Ciyus, ini dari hati gue yang paling dalam.

Oke, sebenarnya ada satu hal yang bikin gue rada ngilu dan sebenarnya pengen banget teriak "Udah berhenti.", lebay banget kan gue. Iya soalnya ada beberapa part yang ada bunyi tiang listriknya, dan itu trauma gue yang paling dalam. Gue ga bisa dengar bunyi tiang listrik. Mungkin karena gue ga cuma sekali kena kerusuhan tapi 2 kali, Ambon-Tobelo. Jadi bunyi-bunyi tiang listrik dan tiba-tiba banyak orang lari adalah trauma gue. Gue ingat pas kemarin gue balik ke Ambon ada orang iseng bunyiin tiang listrik dan akhirnya dimaki-maki sama semua orang dan gue sendiri ampir kena serangan jantung. Lanjut sob, setelah dari situ gue menikmati setiap alur cerita. Setiap part menurut gue indah dan sarat makna. Secara tempat pengambilan gambar juga keren. Okelah pokoknya, gue merasa worth it mengeluarkan 50 rbu disaat duit yang gue punya sampe akhir bulan tinggal 100 rbu (yang mo nyumbang silahkan-silahkan). Satu hal yang gue gumamkan saat gue dalam perjalanan balik ke kosan adalah, dari sebuah kesatuan akan tercipta banyak hal yang indah. Dan satu kalimat yang terus gue ingat adalah "jang orang laeng anggap remeh katong, tunjukkan kalo katong orang Maluku, katong satu" (jangan sampai orang lain menganggap remeh kita, tunjukkan kalo kita adalah orang Maluku, kita satu). Film ini disajikan dengan sangat baik. Gue sangat mengapresiasi semua orang yang bekerja sama dibelakang layar, menghadirkan sekali lagi film Indonesia yang layak ditonton, yang sarat makna kesatuan diantara isu-isu politik yang mencoba memecah belah kerukunan antar masyarakat di Indonesia. Gue rasa film ini bukan hanya bercerita tentang Maluku, tapi Indonesia dengan keanekaragaman suku, agama, kepentingan dan golongan.

Semangat perfilman Indonesia!
Oh iya tambahan setelah tadi gue ngobrol ama madre di telepon sekalian nyaranin madre buat nonton film ini. Gue menskip satu hal dari film ini dan gue menyesal, gue menskip kenyataan bahwa yang jadi Alvin kecil di film ini adalah sepupu gue sendiri Axel =.=" (lebay) dan madre yang belum nonton film ini malah yang paling tahu. Gue rasa sih karena diomongin pas ibadah keluarga tapi beneran tadi gue ga tau kalo itu Axel, beda banget soalnya. Yaudah gue kasi selamat deh sekarang, selamat yah dek, maafkan diriku yang tak mengenal dirimu secara kayanya lu cungkring deh hahahahahaha peace bro.

No comments

, by Unknown

with Him

Yakobus 1:27 (Refleksi di malam hari)

Yakobus 1:27

Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita,

ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka,

dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Tadi siang gue sempat mengunjungi salah satu toko buku rohani di Mall Citraland, Jakarta Barat sambil menunggu si Novi yang salah mall (harusnya ketemu di CL tapi dia kiranya di CP, okey sama-sama C depannya). Sambil ngeliat-liat jejeran buku di toko buku rohani itu gue sempat tertarik dengan beberapa buku, beberapa diantaranya karanga C.S Lewis, John Stott dan juga Max Lucado. Dan seandainya duit gue masih banyak kemungkinan besar gue akan membeli sekitar 5 buku yang kayanya bagus-bagus dan emang ada beberapa diantaranya sempat gue baca 3-5 halaman depannya aja soalnya punya teman iseng-iseng dibaca. Dan mata gue tertuju pada bukunya Mark Labberton yang berjudul "Bahaya ibadah sejati, sebuah panggilan memerangi ketidakadilan". Cukup lama gue memandang covernya dan ga ngerti maksudnya apa sampe akhirnya gue baca sinopsis di bagian belakang bukunya. Secara garis besar bisa gue simpulkan dari sinopsisnya adalah bagaimana seseorang ga hanya melakukan sibuk beribadah dan pada akhirnya menjadi suatu aktivitas sehari-hari dan akhirnya lupa untuk melayani sesama. Gue sempat diam sejenak setelah selesai baca sinopsisnya dan gue inget sama salah satu khotbah di minggu sore saat gue ke gereja dan pendetanya ngomongin soal ibadah sejati, ibadah yang dipikir kebanyakan orang saat ini adalah hanya ditekankan sekali lagi hanya relasi dengan Tuhan dan melupakan relasi dengan sesama. Padahal kita seharusnya melakukan 2 hukum paling utama yang diajarkan Tuhan Yesus, mengasihi Tuhan dan sesama. Dan saat ini, saat gue mengambil saat teduh gue, gue kembali mendapatkan ayat yang hampir sama, tentang ibadah yang sejati. Dan gue rasa, ini perasaan gue, saat Tuhan boleh ngomong 2 kali didalam 1 hari mungkin Tuhan mau menegur atau mengingatkan lagi gue tentang hal ini. Dan thanks God, banyak refleksi yang bisa diambil dari ayat ini, mungkin secara tersirat setiap yatim piatu dan janda-janda ini bukan sungguh-sungguh mereka yang tidak memiliki orang tua atau memiliki suami tapi mereka yang disekitar kita yang ada dalam kegalauan putus cinta, mereka yang galau kuliah, mereka yang ga lain adik-adik kita, keluarga kita, orang tua kita yang seringkali kita abaikan karena kita terus menerus mengejar aktivitas beribadah dan melalaikan melayani sesama.