Sebenarnya ini postingan dari kapan gitu tapi guenya aja yang males mosting ini dan naroh di draft otak gue untuk suatu waktu akan gue tumpah ruahkan disini. Dari judulnya udah tau banget gue mau ngomong apa. Yups! Mau ngomongin orang, orang yang datang dan pergi. Ada lagunya tuh, "kau datang dan pergi oh begitu saja...... semua ku trima apa adanya...... dan seterusnya dan seterusnya". Kenapa gue ngomongin ini? karena ini garis besar firman yang gue dapetin pas jumat kemarin (9/5).
Jadi, pas firman kemarin ngomongin soal Ayub. Ayub yang di alkitab yah bukan si Ayub temennya temen gue #itusiapa?. Kalo bilang Ayub udah pasti dihubung-hubungkan tentang penderitaan. Dari caption poster persekutuan jumat kemarin yang gue copas "Keadilan. Apakah itu keadilan? Pernahkah kita merasa ditinggalkan sendiri dan penderitaan terus berangsur-angsur datang dalam hidup kita? Atau teman-teman di sekitar kita sedang bersuka cita dan hanya kita sendiri yang merasa duka cita?" . Mungkin ini yang menjadi pergumulan teman-teman jemaat yang dilihat oleh teman-teman pengurus. Sepertinya berkaitan dengan hasil nilai ujian yang keluar dan teman-teman jemaat yang sedang bermasalah dengan nilai yang dirasa kurang adil. Okay lanjut, dari firman yang gue dapet gue melihat Ayub bukan hanya dari penderitaannya tapi juga relasinya dengan Tuhan. Saat segala sesuatu diambil mulai dari lembu sapi dan keledainya di ambil orang Syeba dan penjaga-penjaganya dipukulin, kambing domba dan penjaganya di sambar api dari langit (kayanya petir deh), unta-untanya dirampas orang-orang Kasdim sampe anak-anaknya meninggal karena terkena rubuhnya rumah mereka karena angin ribut (Ayub 1:14-19), sepertinya terjadi dalam satu hari. Dalam waktu yang sangat singkat semuanya hilang. Kalo gue jadi Ayub gue mungkin bakal ngomong, "Tuhan tuh jahat banget sih, gue kan jujur dan saleh, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Kenapa gue dilanda kaya gini sih?", tapi si Ayub beda, dia malah bilang "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:21). Wow! Relasi dengan Tuhan yang erat menyanggupkan Ayub untuk berkata seperti itu. Dia percaya bahwa Tuhan yang punya dan kalau suatu saat Tuhan ambil berarti suka-sukanya Tuhan dong. Di ayat 22 di ceritakan dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. Ga sampe disitu penderitaan Ayub, dia kesakitan, istrinya malah nyuruh dia mengutuki Ayub, dan teman-temannya juga jadi ikut-ikutan. Ketika istrinya nyuruh dia ngutukin Tuhan, jawab Ayub: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?". Siapa bilang Ayub ga pernah mengeluh? Dia juga manusia biasa bro yang juga bisa ngeluh, di ayat 3 buktinya. Sekian tentang penderitaan Ayub. Yang gue mau sorot seperti yang gue tekankan di atas, relasi Tuhan dan Ayub. Tuhan menyetujui Iblis buat mencobai Ayub karena Tuhan tahu bahwa relasi antara Ayub dan Tuhan sangat erat dan ga mempan semua yang dibuat sama iblis.